KOLOM HIKMAH
KHAIRA UMMAH
Ahklak al Kharimah
PESAN MAKRIFAT NABI KHIDIR
KEPADA NABI MUSA AS
Bagian Ke-Sembilan.
Oleh Moch. Tohir.
Wasiat- Wasiat & Pesan - Pesan Nabi Khidir
Menurut pandangan Islam, wasiat tidak sekadar menyangkut masalah harta benda.
Dalam makna luas, wasiat juga berkaitan dengan pesan-pesan moral kepada umat manusia.
Di dalam Alquran, Allah SWT sendiri telah mengingatkan agar orang-orang beriman senantiasa berwasiat dalam kebajikan dan kesabaran.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَا صَوْا بِا لْحَقِّ ۙ وَتَوَا صَوْا بِا لصَّبْرِ
Tafsir Kemenag
Allah menjelaskan bahwa jika manusia tidak mau hidupnya merugi, maka ia harus beriman kepada-Nya, melaksanakan ibadah sebagaimana yang diperintahkan-Nya, berbuat baik untuk dirinya sendiri, dan berusaha menimbulkan manfaat kepada orang lain.
Di samping beriman dan beramal saleh, mereka harus saling nasihat-menasihati untuk menaati kebenaran dan tetap berlaku sabar, menjauhi perbuatan maksiat yang setiap orang cenderung kepadanya, karena dorongan hawa nafsunya.
Sumber: Quran Kemenag / Kemenag.go.id
https://kemenag.go.id/berita/read/513284/al--ashr-1-3--manusia-rugi-kecuali-yang-beriman-dan-beramal-saleh
Wasiat - Wasiat Nabi Khidir
Nabi Khidir ketika berpisah dengan Nabi Musa, dia (Musa) berkata, “Berilah aku wasiat”.
Jawab Nabi Khidir :
1. Wahai Musa, jadilah kamu orang yang berguna bagi orang lain.
2. Janganlah sekali-kali kamu menjadi orang yang hanya menimbulkan kecemasan di antara mereka sehingga kamu dibenci mereka.
3. Jadilah kamu orang yang senantiasa menampakkan wajah ceria dan janganlah sampai mengerutkan dahimu kepada mereka.
4. Janganlah kamu keras kepala atau bekerja tanpa tujuan.
5. Apabila kamu mencela seseorang hanya karena kekeliruannya saja, kemudian tangisi dosa-dosamu, wahai Ibnu Imran! (Al Bidayah Wan Nihayah juz I hal. 329 dan Ihya’ Ulumuddin juz IV hal. 56).
Pesan - Pesan Nabi Khidir
Diriwayatkan bahwa setelah Khidir akan meninggalkan Nabi Musa, dia (Khidir) berpesan kepadanya :
1. Wahai Musa, pelajarilah ilmu-ilmu kebenaran agar kamu dapat mengerti apa yang belum kamu fahami, tetapi janganlah sampai kamu jadikan ilmu-ilmu hanya sebagai bahan omongan kosong/berdebat. (Riwayat Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Asakir).
2. Wahai Musa, sesungguhnya orang yang selalu memberi nasihat itu tidak pernah merasa jemu seperti kejemuan orang-orang yang mendengarkan.
3. Memberi nasihat kepada orang
lain janganlah mengharapkan sesuatu imbalan apa pun kecuali ridha Allah .
4. Tugas menyampaikan dan mensyiarkan agama Allah adalah tugas setiap umat muslim,
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ شَعَآئِرَ اللّٰهِ فَاِ نَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ
"Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati."
(QS. Al-Hajj 22: Ayat 32)
5. Dan kita sendiri jangan merasa bosan untuk mendengarkan para penceramah itu termasuk tholabul ilmi ( pencari ilmu) yang diwajibkan pada setiap muslim, walaupun ilmunya banyak.
Wallahu Alam.
Bersambung.
Sumber :
Dc HIKAM BERSAMA
TN. IR. HJ. ALIAS HASHIM -
Hakikat Insan -
20 Januari 2017 pukul 10.42