KOLOM HIKMAH
KHAIRA UMMAH
Ahklak al Kharimah
PESAN MAKRIFAT NABI KHIDIR AS
KEPADA NABI MUSA AS
Bagian Ke-Enam
Tawadhu, sabar, dan akhlak adalah tiga mutiara dari kisah Makrifat Perjalanan Tasawuf Nabi Khidir.
Oleh : Moch. Tohir
Makna Tawadhu.
Dilansir dari NUOnline, tawadhu
adalah perilaku manusia yang memiliki watak rendah hati, tidak sombong, atau merendahkan diri agar tidak terlihat sombong.
Tawadhu bukan hanya sekadar tata kerama belaka, namun perilaku ini memiliki makna yang jauh lebih dahulu dari sopan santun, yaitu sikap batin yang menjelma dalam praktik lahiriyah secara wajar dan bijaksana.
Makna Sabar
Sabar (al-shabru) menurut bahasa artinya adalah menahan diri dari keluh kesah.
Menurut M. Quraish Shihab, sabar adalah menahan diri atau membatasi jiwa dari keinginannya demi mencapai sesuatu yang baik atau luhur. Lawan dari sabar adalah keluh-kesah.
Makna Ahklak
Akhlak dalam bahasa Arab berasal dari kata khuluk yang berarti tingkah laku, perangai, atau tabiat.
Sementara itu, menurut Imam Al Ghazali, akhlak merupakan tingkah laku yang melekat pada diri seseorang yang dapat memicu perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
+++++
Al-Ghazali menjelaskan bahwa untuk mencapai makrifat kepada Allah Swt, harus melalui pintu gerbang (hati) yang bisa dibuka dengan sebuah kunci (hubb) karena sesungguhnya makrifat adalah manivestasi dari mahabbah (cinta).
Mahabbah atau cinta adalah satu istilah yang selalu berdampingan dengan makrifat.
Zunnun al-Mishri (w. 860 M) memahami ada tiga macam pengetahuan tentang Allah Swt.
Pengetahuan awam, yaitu pengetahuan melalui meniru atau taqlid.
Kedua, pengetahuan ulama, yaitu pengetahuan yang didapat dengan pembuktian rasional.
Ketiga, pengetahuan sufi yaitu pengetahuan melalui penyaksian langsung dengan kalbu yang bersih dan bening.
+++++
Pengetahuan ketiga inilah yang dimiliki oleh Nabi Khidir.
Seorang sufi yang sudah mencapai makam makrifat akan memperoleh pengetahuan hakikat setelah hijab yang menutupi atau menjadi pemisah antara dia dan Tuhannya tersingkap.
Kisah Nabi Khidir yang telah menguasai ilmu makrifat ini bisa diambil sebagai pelajaran hidup.
Kita bisa mengambil pelajaran bahwa tidak ada seorang manusia pun yang boleh mengklaim dirinya lebih berilmu dibanding yang lain.
Ingat, di atas langit masih ada langit.
Pelajaran kedua, kita juga harus bersabar dan tidak terburu-buru untuk mendapatkan kebijaksanaan dari setiap peristiwa yang kita alami.
Lebih dari itu, pelajaran yang bisa kita ambil adalah kita harus menjaga adab kepada guru kita.
Maka, tawadhu, sabar, dan akhlak adalah tiga mutiara dari kisah Nabi Khidir.
Wallahu Alam
Bersambung
Sumber :
1. W Hidayat -Tasawuf Akhlaqi Abu Hamid al-Ghazali | Jurnal Mathlaul Fattah - http://www.stitdaarulfatah.ac.id
2. Taufiqur RahmanDosen Tetap Fakultas Syariah INZAH Genggong Kraksaan -
DOI: https://doi.org/10.36835/assyariah.v5i1.114